Selasa, 10 Juli 2012

kudu hati-hati berpacaran?


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Good afternoon my blogger friends and Indonesian readers. Kaget gak waktu ngelihat judulnya? Aneh! Hehehe... Semoga gak yah... Postingan kali ini bukan bermaksud melarang yang pacaran untuk berhenti berpacaran, tapi kayaknya kudu mengevaluasi lagi urgensi penting gaknya berpacaran. 

Kenapa kudu hati-hati berpacaran? What the hell with that kind of aturan..It's a freedom of choise man! mungkin ada sebagian yang akan berpikir seperti ini. Tapi that's Ok-lah buat ane, setiap orang punya jalan hidup yang ia pilih dan ia sendiri pula yang akan bertanggung jawab atas kehidupannya itu. 

Masih tentang pacaran my friends. Ane pikir ada banyak hal yang perlu kita pertimbangkan dari fakta2 berpacaran. Boleh jadi apa yang saya bicarakan ini salah tapi boleh jadi juga ada benarnya. Jika misalnya menurut teman2 masuk akal dan ada baiknya silahkan dijadikan pelajaran, tetapi jika banyak salahnya jangan diambil ya..

As we know, di jaman milenium dan modern ini orang-orang cenderung tidak ingin dikatakan katrok atau ketinggalan jaman. Kalau ini kejadian, menurut orang-orang yang merasa dirinya modern, so pasti akan dianggap sebagai penurunan prestasi atau martabat diri. Yah gak eksis, katrok loe. Dan salah satu hal yang patut untuk disoroti adalah fenomena berpacaran, kalau gak pacaran ya gak eksis donk, masak loe doang yang jomblo man!. Yah begitulah kurang lebih pemandangan yang terjadi di kalangan pemuda2 kita, bahkan orang2 tua lho... nah lho?! hehe...

Apa itu salah? Ane hanya bilang ini area yang bisa dibilang terlarang dan kalau bisa dihindari, tapi kalau dalam agama kita sendiri (agama islam) sebenarnya pacaran tidak dianjurkan atau diajarkan, mengutip ayat al-Qur'an sebagai berikut: 

Artinya : "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang jelek" (Q. S. Al Isra 32)


Minggu, 08 Juli 2012

Pengertian dan definisi wirausaha menurut para ahli



      Wirausaha berasal dari kata wira dan usaha.Wira dapat berarti mulia, luhur, unggul, serta usaha berarti kemampuan melakukan usaha atas kekuatan sendiri. Jadi, wirausaha berarti manusia unggul dalam usaha atas kekuatan sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.

  • Menurut Arif F. Hadipranata, wirausaha adalah sosok pengambil risiko yang diperlukan untuk mengatur dan mengelola bisnis serta menerima keuntungan financial ataupun non uang.
  • Drucker menilai wirausaha secara umum dalam arti jiwa atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti adanya keinginan untuk melakukan perubahan, dan sifat harus terhadap sesuatu yang baru 
  • Kathleen mengemukakan bahwa wirausaha adalah orang yang mengatur, menjalankan, dan menanggung risiko bagi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya dalam dunia usaha. 
  • Anwar Gozally mengartikan wirausaha sebagai seorang yang mengambil tanggung jawab untuk menciptakan atau memperkenalkan gagasan baru yang disebut innovasi. Mereka dapat berperan sebagai pencetus maupun penemu. Mereka merupakan pimpinan yang berupaya merealisasikan pemikiran menjadi kenyataan yang menguntungkan.
  • Thomas W Zimmerer Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.
  • Andrew J Dubrin Seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif (Entrepreneurship is a person   who founds and operates an innovative business).
  • Robbin & Coulter
    Entrepreneurship is the process whereby an individual or a group of individuals uses organized efforts and means to pursue opportunities to create value and grow by fulfilling wants and need through innovation and uniqueness, no matter what resources are currently controlled. (Kewirausahaan adalah proses dimanaseorang individu atau kelompok individu menggunakanupaya terorganisir dan sarana untuk mencari peluanguntuk menciptakan nilai dan tumbuh dengan memenuhikeinginan dan kebutuhan melalui inovasi dan keunikan, tidak peduli apa sumber daya yang saat ini dikendalikan. 
  • Acmad Sanusi .Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.
  • Zimmerer.Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan 
  • Soeharto Prawiro Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth)

Jumat, 06 Juli 2012

Tips Menjadi Moderator dalam Sebuah Presentasi


Sebenarnya sih pengennya aku nyari referensi di internet tentang bagaimana caranya menjadi seorang moderator yang baik dalam sebuah presentasi…utamanya buat mendukung my competencies saat ngajar teknik presentasi pada Diklat Pim Tingkat IV. Sebenarnya saya sendiri sudah punya pedoman bagaimana menjadi moderator yang baik…yang saya dapat dari Mr. Marpaung saat ngikut diklat di Jakarta Mei kemaren…. but terus terang saja saya seringkali kurang marem saat hanya punya sebuah referensi… so dengan seksama saya kemudian search di Paman Google dengan kata kunci moderator….Tapi referensi moderator yang ada di internet ternyata bagaimana menjadi moderator di mils-mils diskusi di internet, sedangkan moderator untuk presentasi lisan gak kutemukan…. Sehingga aku yang semula pengen ngesearch…jadinya malah posting yang kudapat selama kursus….buat ngisi khazanah tentang topik itu sekalian minta masukan kalau ada yang bersedia ngasih….Tips Menjadi Moderator dalam Sebuah Presentasi

MAKALAH Langkah-langkah Analisis Pai dan Pengembangan Materi PAI


MAKALAH
Langkah-langkah Analisis Pai dan Pengembangan Materi PAI











DISUSUN OLEH

FATHUR ROHMAN
IZZAH RABANIYAH
PARIYANI
RUSTAM
SITI KHOIRIYAH
YOSI MARISA
RENI MAGDALENA

DOSEN PEMBIMBING
Drs. Suparnis


FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2012/2013


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Agama  memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang di tempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada TUHAN yang maha Esa dan berakhlak mulia . Akhlak mulia mencakup etika , budi pekerti dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan,pemahaman,dan penanaman nilai-nilai keagamaan,serta pengalaman nilai-nilai tersebutdalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang di miliki manusia yang actualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai mahluk TUHAN.
Pendidikan agama islam diberikan dengan memberikan tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada ALLOH swt dan berakhlaq mulia ,serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur,adil,berbudi pekerti ,etis saling menghargai,disiplin,harmonis dan produktip,baik personal maupun social. Tuntutan ini mendorong dikembangkanya standar kompetensi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan cirri-ciri ;
  1. Lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi;
  2. Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia;
  3. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelanjaran sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidikan.
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi pendidikan Agama Islam merupakan elemen yang sangat penting dalam suatu lembaga pendidikan,untuk mencapai tujuan pendidikan maka standar kompetensi lulusan maupun standar isi harus ditelaah secara kritis untuk pengembangan kurikulum pendidikan Agama Islam,sehingga visi,misi dan tujuan sebuah lembaga pendidikan akan tercapai.
Didalam era modern yang lebih maju seperti sekarang ini diharapkan sebuah lembaga penddikan Islam dapat mendesain kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan yang dikembangkan dari standar isi agar hasilnya sesuai yang diharapkan dan mencapai standar kompetensi lulusan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Islam.Oleh karena itu ,dengan persaingan yang begitu ketat dalam dunia pendidikan,maka pendidikan Islam harus mempunyai terobosan-terobosan baru yang bersifat inovatif sehingga tidak kalah dengan lembaga pendidikan pada umumnya.
Seorang guru harus dapat mengukur sejauh mana standar isi itu dapat dikembangkan menjadi sebuah kurikulum untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh lembaga pendidikan Islam,sehingga konsumen dalam hal ini pelanggan yang menggunakan hasil lulusan lembaga pendidikan Islam menjadi puas
B.  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian analisis
2.      Bagaimana menentukan langkah-langkah analisis
C.  Tujuan
































BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Analisis
Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau pemisahan dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang relevan dari seperangkat data juga merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua bentuk analisis berusaha menggambarkan pola-pola secara konsisten dalam data sehingga hasilnya dapat dipelajari dan diterjemahkan dengan cara yang singkat dan penuh arti.
Berikut ini adalah beberapa pengertian analisis:
Dalam kamus besar bahasa Indonesia Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan
Menurut Anne GregoryAnalisis adalah langkah pertama dari proses perencanaan
Menurut Dwi Prastowo Darminto & Rifka JuliantyAnalisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan
Menurut Syahrul & Mohammad Afdi Nizar Analisis berarti melakukan evaluasi terhadap kondisi dari pos-pos atau ayat-ayat yang berkaitan dengan akuntansi dan alasan-alasan yang memungkinkan tentang perbedaan yang muncul 
Wiradi Analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditaksir maknanya.[1]

RESUME “SISTEM PEMBELAJARAN AL-QURAN”


Sejarah Penemuan Metode Praktis Belajar Membaca Al-Quran
Sejarah Penemuan kaedah Qiraati ini cukup panjang. Kerana hanya memerlukan pengamatan, penelitian, ujicoba yang memerlukan waktu yang cukup lama. Di sini kami akan bagikan kepada beberapa tahapan

1.       Permulaan Penemuan
Sebelum menemukan kaedah Qiraati ini beliau adalah seorang Guru mengaji dan seorang yang suka mengamati keadaan kelas-kelas mengaji di manapun beliau berkunjung.
Sebagaimana biasa sebagai seorang guru mengaji, beliau menggunakan kaedah yang biasa dikenali dengan Muqaddam atau Turutan atau biasa juga disebut kaedah Baghdadiyah.
Hasil daripada pengalaman dan pengamatan beliau, anak-anak murid yang beliau ajar ternyata sebahagian besar mereka hanya mampu meng-hafal huruf bukan mengerti huruf. Dan jika dapat membacapun ternyata bacaannya tidak tartil seperti apa yang dikehendaki dalam bacaan al-Qur’an yang baik. Dan biasanya waktu bagi murid-murid untuk menguasai bacaan tartil diperlukan waktu yang lama.
Berdasarkan pengalaman inilah beliau mencoba untuk mencari alternatif lain dengan cara membeli buku-buku kaedah baca al-Qur’an  dengan maksud agar dapat mencapai hasil yang lebih memuaskan.  Namun setelah mengamati semua kaedah yang ada, ternyata beliau masih belum menemukan kepuasan. Beliau tidak yakin dengan kejayaan kaedah-kaedah tersebut karena berbagai sebab. Seperti menggunakan contoh-contoh perkataan yang bukan dari bahasa Arab atau dari al-Qur’an bahkan ada yang berbunyi bahasa Indonesia atau bahasa Jawa.
Sejak itulah beliau mecoba memperkenalkan huruf terus dengan barisnya sekali dengan bacaan yang lancar dan cepat. Dalam waktu yang sama, anak-anak diperkenalkan dengan huruf-huruf yang tiada berbaris. Hanya bedanya dengan sistem yang lama, kaedah Qiraati tidak mewajibkan anak murid mengeja huruf ketika akan membaca sebuah perkataan.
Ternyata setelah ujicoba berulang-kali, beliau mendapatkan tehnik susunan seperti yang sedia ada sekarang ini. Oleh itu susunan yang ada sekarang ini adalah hasil dari uji coba yang tidak perlu diragukan lagi.

2.       Awal Penyusunan Metode Qiraati.
Dengan dorongan keinginan hati untuk mengajarkan al-Qur'an dengan baik dan benar, serta dengan keberanian yang didukung oleh inayah dan hidayah Allah swt., Bapak H. Dahlan Salim Zarkasyi mulai mencoba menyusun dan menulis sendiri metode yang dikehendakinya itu. Yakni metode yang berhasil dalam mengajar membaca al-Qur'an yang sekaligus mudah dan disukai oleh anak-anak.
Supaya anak-anak mudah membaca dan betul-betul mengerti serta faham, maka beliau mencoba menulis pelajaran dengan bacaan "bunyi" huruf hijaiyyah yang sudah berharakat "fathah". Dalam pelajaran ini anak tidak boleh mengeja, misalnya alif fathah A, BA fathah BA, tetapi langsung membaca bunyi huruf yang sudah berharakat fathah tadi seperti: A-BA-TA dan seterusnya. Agar anak bisa membaca dengan baik dan benar, maka sejak awal sekali anak sudah diharuskan membacanya dengan lancar, cepat dan tepat, tanpa ada salah dalam membaca. Dengan demikian secara tidak langsung anak harus mengerti dan faham setiap huruf Hijaiyyah.
Demikianlah, dengan penuh kesabaran dan ketelitian, sehuruf demi sehuruf beliau mencoba untuk diajarkan kepada anak didiknya walaupun nampaknya lambat, tetapi anak-anak faham dengan baik. Agar anak terlatih dan dapat mem-baca benar, maka setiap contoh bacaannya diambil dari kalimat-kalimat al-Qur'an juga kalimat-kalimat bahasa Arab.
Setelah anak-anak lancar membaca huruf-huruf Hijaiyyah yang berharakat fathah, kemudian dicoba dengan huruf-huruf yang berharakat kasrah dan dhommah. Demikian pula dengan huruf yang berharakat fathah tanwin, kasrah tanwin dan dhummah tanwin.

3.       Pelajaran Bacaan Mad (bacaan panjang)
Sebagai seorang peniaga, Bapak H. Dahlan Salim Zarkasyi kerap mengunjungi banyak bandar dan pekan. Pada kesempatan ini beliau manfaat-kan waktu untuk mengamati kelas-kelas mengaji yang digunakan oleh guru-guru mengaji setempat. Seperti di surau-surau, musholla-musholla atau masjid-masjid.
Hasil dari pengamatan beliau tentang hasil bacaan murid-murid, beliau amat sedih dan prihatin mengingat mereka ternyata tidak mem-perhatikan bacaan panjang pendek. Hal ini biasa-nya disebabkan oleh kurangnya kewaspadaan guru terhadap bacaan murid terutama dalam bacaan mad asli (mad thabi'i).
Oleh itu sekembalinya dari perjalanan, beliau melihat pentingnya pelajaran mad asli atau mad thabi'i. Maka disusunlah pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan mad asli dan contoh-contoh perkataannya diambilkan dari al-Qur’an atau dari bahasa Arab. Kemudian diuji cobakan kepada murid-murid, manakala perkataan yang sukar akan diganti dengan perkataan yang lain yang lebih mudah difahami oleh murid--murid. Dan perkataan-perkataan tersebut di-tashih-kan kepada orang yang pakar al-Qur’an dan bahasa Arab agar setiap perkataan mempunyai makna yang sesuai.
Akhirnya tersusunlah pelajaran bacaan mad, yang diawali dengan pelajaran fathah diikuti alif, kasrah diikuti ya' dan dhummah diikuti waw.

4.       Huruf Sukun
Hampir bersamaan dengan awal penyusunan buku Qiraati pada tahun 1963 itu, bapak H. Dahlan Salim Zarkasyi bersama dengan sahabat-nya ust. ‘Abdul Wahid membentuk jamaah Mal-Jum (malam jum'at), yakni jamaah tadarus al-Qur'an untuk orang-orang dewasa. Suatu ketika saat tadarus al-Qur'an pada jemaah Maljum, beliau mendengar beberapa orang membaca huruf "Lam Sukun" salah. Ada yang membacanya dipanjangkan (ditahan lama lam sukun-nya), ada pula yang membaca menggantung atau 'tawallud' atau melantun sehingga terdengar bunyi pepet' (dalam bahasa Jawa), seperti Al-le, Allll....... Melihat keadaan yang demikian, timbul pemikiran bahwa bacaan "lam Sukun" perlu dan penting untuk diajarkan kepada anak-anak. Kemudian beliau mencoba menulis dan menyusun pelajaran Lam Sukun ini ternyata tidaklah mudah, yakni Lam Sukun yang dibaca jelas dan tegas. Namun dengan penuh kesabaran dan ketelitian, akhirnya tersusunlah juga pelajaran "Lam Sukun dibaca Jelas dan Tegas", yang kemudian sekaligus dirangkaikan dengan pelajaran bacaan al-Qomariyyah. Pelajaran bacaan al-Qomariyyah diberikan dengan tujuan untuk melatih anak membaca sambil melihat huruf-huruf yang akan dibaca di sebelahnya (di sampingnya). Setelah berhasil dengan Lam Sukun, beliau mencoba dengan huruf-huruf yang lain. Secara kebetulan beliau mencoba dengan huruf "sin sukun", ternyata tanpa kesulitan anak-anak langsung dapat membaca dengan mudah. Maka ditulislah contoh-contoh bacaan yang ada huruf Sin Sukun-nya.
Di tengah-tengah pengenalan huruf-huruf sukun ini, beliau menyusun pelajaran bacaan "Harfu Liin" (bacaan fathah yang diikuti Ya atau Waw sukun). Hal ini sangat penting untuk diajarkan dengan kesungguhan, karena banyak orang yang membaca al-Qur'an bersuara AO dan AE bukan bersuara AU dan AI, dan agar anak dapat membedakan bacaan harfu Liin dengan bacaan Mad.
Selanjutnya percobaan dengan huruf-huruf sukun ini dilanjutkan. Secara kebelutan pula beliau mencoba huruf "Ro’ sukun", ternyata dengan sangat mudah anak-anak dapat membaca dengan lancar. Begitu pula dengan mencoba huruf "Mim Sukun" ternyata murid tidak menemui kesukaran juga.
Sekalipun ada maksud untuk mencoba huruf sukun yang lain, ternyata dengan empat huruf sukun ini anak sudah dapat membaca sendiri huruf-huruf sukun yang lainnya. Sehingga pelajaran huruf-huruf sukun yang beliau tulis hanya "Empat Serangkai Huruf Sukun" saja, yakni Lam Sukun, Sin Sukun, Ro Sukun, dan Mim sukun. Sehingga huruf-huruf sukun yang lain tidak perlu diajarkan, karena setelah mempelajari dan mengerti keempat huruf sukun tadi, secara otomatis anak-anak telah dapat membaca huruf-huruf sukun yang lain.

5.       Malam Rahasia
Sebagaimana manusia umumnya, suatu ketika daya kreativiti Bapak H. Dahlan Salim Zarkasyi terhenti tidak ada inspirasi manakala tidak menge-tahui apa lagi yang harus diperbuat selanjutnya. Perasaan ini beliau rasakan pada saat ada keingin-an untuk mencari dan menyusun pelajaran yang diberikan kepada anak didik selanjutnya. Seperti-nya akal dan pikiran buntu tidak dapat menemu-kan jawabannya. Namun, jika Allah menghendaki semuanya akan menjadi mudah.
Untuk menenangkan pikiran dan hati yang risau beliau mendengarkan, dan mengamati anak-anak yang sedang belajar mengaji di salah satu masjid di kota Semarang. Satu persatu anak-anak itu beliau perhatikan dengan mendengarkan bacaan mereka. Namun sampai pada anak yang terakhir, tidak ada satupun bacaannya yang benar, yakni bacaan tartil menurut kaidah Ilmu Tajwid. Hasil pengamatan ini beliau sampaikan kepada guru ngaji anak-anak tadi, "Mengapa tidak ada satu pun dari anak-anak tadi yang membaca al-Qur'an dengan tartil?" Namun jawabannya sungguh mengejutkan beliau, "saya tidak sanggup kalau mengajar anak-anak supaya bisa membaca dengan tartil. Biarlah cukup anak-anak bisa membaca al-Qur'an dulu. Nanti kalau sudah khatam, barulah diajarkan ilmu Tajwid, tentu mereka akan mampu membaca al-Qur'an dengan tartil dengan sendirinya." Mendengar jawaban dari guru al-Qur'an seperti itu, jalan fikiran beliau tidak dapat menerimanya. Apakah mengajar bacaan tartil itu sukar? Jika sukar, kesukarannya dimana? Jika jawaban seorang guru ngaji seperti itu, lalu bagaimana dengan guru-guru ngaji yang bukan ahli al-Qur'an? Kenyataannya memang demikian, mana mungkin dapat menghasilkan bacaan tartil jika tidak belajar ilmu Tajwid.
Perasaan dan fikiran beliau menjadi resah dan susah di atas jawaban, bahwa "mengajar bacaan tartil itu sukar" sehingga terbawa-bawa dalam tidur beliau pada malam harinya.
Suatu ketika antara sedar dan tak sedar, beliau mendapatkan ilham dari Allah, seakan terpampang di hadapan beliau kunci pelajaran bacaan-bacaan tartil yang mesti diajarkan. Yakni dimulai dari "Nun Sukun" yang dibaca "Dengung" (yang dalam ilmu tajwid dinamakan bacaan ikhfa'). Malam ini disebut oleh Bapak Haji Dahlan Salim Zarkasyi sebagi “Malam Yang Luar Biasa”.
Keesokan harinya beliau mulai menulis dan menyusun pelajaran Nun Sukun yang tadi malam beliau temukan. Kemudian pada petang harinya beliau ujicobakan kepada murid-muridnya, ternyata anak-anak murid dengan mudah mampu mempelajarinya dan membacanya dengan baik dan benar sesuai dengan apa yang beliau kehendaki. Setelah berjaya dengan nun sukun, beliau mencoba dengan tanwin, yang suaranya sama dengan nun sukun. Selanjutnya disusunlah pelajaran bacaan Ghunnah yang diawali dengan Nun Bersyaddah dengan kiasan bahawa bacaan-nya sama dengan dengungnya Nun Sukun bertemu dengan Nun. Demikian pula dengan pelajaran Mim Bersyaddah dengan kiasan bacaan dengung-nya sama dengan Nun Bersyaddah.

6.       Akhir Penyusunan buku Metode Qiraati
Sebagaimana biasanya dalam menyusun pelajaran baru mesti ada penyebab yang menjadi punca pelajaran tersebut disusun. Demikianlah pelajaran seterusnya sehingga selesainya metode tersebut.
Di antaranya adalah bacaan huruf-huruf bersyaddah selain huruf nun dan mim yang bersyaddah. Suatu ketika dalam majlis tadarus al-Qur’an yang beliau ikuti banyak orang yang membacanya salah, terutama dalam membaca "Lam bersyaddah" iaitu membacanya dengan menahan suara huruf lam-nya. Melihat keadaan demikian, maka disusunlah pelajaran huruf-huruf bersyaddah yang mesti dibaca tegas dan terang serta cepat, yang kemudian dirangkaikan dengan pelajaran "AL Syamsiyyah".
Adanya pelajaran Mim sukun bertemu mim yang dibaca dengung dilatarbelakangi oleh banyaknya orang yang belum dapat membezakan antara bacaan mim sukun bertemu mim dengan bacaan mim sukun bertemu dengan selain mim dan ba'.
Adapun pelajaran nun sukun/ tanwin bertemu lam dan ro dilatarbelakangi oleh banyaknya orang yang membaca dengan menahan bacaan lamnya. Kemudian pelajaran dilanjutkan dengan pelajaran bacaan Nun sukun/tanwin bertemu dengan waw dan ya, yang dibaca idgham dengan dengung.
Sedangkan pelajaran waqaf di akhir ayat dilatarbelakangi oleh banyaknya orang yang salah dalam menghentikan bacaannya, iaitu seolah-olah setiap waqaf dibaca panjang padahal tidak semuanya begitu. Pelajaran membaca lafazh Allah dilatarbelakngi oleh bacaan yang salah.
Begitu juga dengan pelajaran Iqlab, qalqalah dan izhar halqi yang kesemuanya dilatarbelakangi oleh banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh para pembaca.

Demikianlah semua pelajaran yang telah berjaya beliau susun. kemudian dari tulisan-tulisan dikumpul-kan dan dijilid, ternyata terkumpul menjadi sepuluh jilid atau sepuluh buku. Kemudian buku-buku tersebut dicetak dengan sablon dan dibahagikan kepada murid-muridnya mengikut tahapan pencapaiannya.



KH. Dachlan Salim Zarkasyi

A.      Siapa KH. Dachlan Salim Zarkasyi?
(Sekilas Riwayat KH. Dachlan Salim Zarkasyi)

Beliau adalah ulama’ yang jarang didapatkan sekarang, ilmunya insya Allah tergolong laduni sebab ilmu yang beliau kasad hanya sampai kelas V SD. Plus pesantren selama satu tahun, sedangkan bobot tulisan serta kepeloporannya dibidang pendidikan dan pengajaran Al Qur’an ada pada kelas nasional bahkan insya Allah internasional. Antara lain buah karya beliau itu adalah :

1.       Buku Qiro’ati : buku penuntun membaca Al Qur’an, istimewanya buku ini mengajarkan Al Qur’an langsung dengan petunjuk tartilnya, sehingga setelah anak tamat buku Qiro’aty akan otomatis bisa membaca Al Qur’an tartil, meski belum diajari membaca Al Qur’an sama sekali.

2.       Taman Kanak-kanak Al Qur’an : suatu lembaga pendidikan model baru tentang pengajaran Al Qur’an untuk usia kanak-kanak (4/5 th). Lembaga ini awalnya dirintis oleh beliau pada tahun 1986, dan sekarang telah menjamur sampai ke manca Negara, sehingga lembaga ini merupakan yang pertama di dunia, sebab belum pernah terdengar sebelum tahun 1986. Dan hasilnya “luar biasa” kini banyak anak usia 6/7 telah khatam Al Qur’an.

3.       Ahli baca Al Qur’an huruf BRAILE : hanya dengan mempelajari abjadnya, beliau dapat mengoreksi Al Qur’an BRAILE yang sudah beredar di SLB. Sehingga pembuatnya terpaksa membakar Al Qur’an braile yang ada, dan membuatkan yang baru sebagai gantinya.

4.       Mengajar Al Qur’an bagi TUNA RUNGU : beliau pernah membuat percobaan dalam bentuk privat dan berhasil sampai pada jilid 3 buku Qiro’aty, artinya si bisu telah bisa membaca huruf arab gandeng, bacaan yang panjang dan pendek. Sayang percobaan ini belum sempat tuntas murid yang bersangkutan pindah ke kota. Dari sini lalu beliau bercita-cita ingin mendirikan pesantren Al Qur’an khusus bagi tuna rungu. Semoga niat ini berhasil. Amin.
Dengan empat contoh buah karya beliau ini maka bisa dimaklumi apabila pernah ada seorang ‘arif  menggambarkannya sebagai figure dari ayat yang berbunyi:
يُؤْتِيْ الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَآءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا

Demikian otobiografi beliau yang kami lihat dan kami ketahui sendiri, dan masih ada lagi yang tidak perlu kami sebutkan disini. Yang lebih menyenangkan lagi adalah keadaan keluarganya, mereka total ikut dalam perjuangan pendidikan Al Qur’an ini sehingga beliau sering berkata pada kami : بيتى جنتى


C.      Kenapa dan Bagaimana Beliau Menulis Qiraati?
(Sejarah Buku Qiraati)
Bapak KH. Dahlan Salim Zarkasyi pada awal mendirikan pengajian anak-anak di kebonarum 73 Semarang tahun 1963, dengan menggunakan metode baghdadiyah yang amat masyhur itu.

Tanpa sedikitpun beliau menganggap bahwa metode Baghdadiyah itu tidak berhasil, namun ketika dalam sekejab saja anak-anak sudah banyak yang hafal abjadnya, maka dengan perasaan “syak”beliau mencoba bertanya kepada beberapa murid, eh ! hasilnya ternyata mereka tidak bisa membacanya kecuali harus diurut dahulu dari muka. Maka kesimpulan beliau bahwa metode Baghdadiyah ini terlalu gampang dihafal.

Mulai saat itu beliau mencoba beralih, bebrapa buku penuntun membaca Al Qur’an di toko dibelinya lalu disimak satu demi satu, malu-mula yang ada gambarnya disisihkan kemudian sisanya juga diteliti, karena kebanyakan buku yang ada mengarah ke belajar bahasa Indonesia dengan tulisan Arab, contoh(بِ سْ كُ دُ سْ) semua buku ditinggal.

Akhirnya, tiada jalan lain kecuali beliau harus menulis sendiri, maka dimulailah pada tahun 1963 itu.
Apabila tulisan mudah diterima murid, tulisan disimpan, dan apabila sulit langsung disobek, begitu seterusnya simpan-sobek, simpan-sobek sampai terkumpul jadi buku.
 Alkisah beliau ialah seorang pedagang keliling kota, maka kesempatan ini dipakai untuk riset, di setiap kota tidak lupa beliau melihat ke pengajian / pesantren Al Qur;an. Semula kunjungannya diharap dapat menunjang cita-citanya, namun ternyata berbalik. Semua pengajian yang beliau kunjungi umumnya mengajari anak supaya dapat baca lancar, jarang sekali yang mengajarkan baca tartil. Apabila ditanya, sang guru mesti menjawab: “nanti setelah diajari ilmu tajwid akan bisa sendiri”.
Astaghfirullah ! dimana letak hokum fardlu ain itu ? ilmu tajwid itu dulu atau tartil dulu ? keadaan yang demikian ini menggugah beliau untuk segera bertindak memberantas, sebab ini berarti pengajaran Al Qur’an dimana-mana telah terjadi SALAH KAPRAH.

Beliau ingin sekali agar bukunya nanti bisa memberantas hal seperti diatas. Dan beliau juga mengajak para guru Al Qur’an agar tidak ikut mewariskan atau meneruskan bacaan yang salah kaprah ini kepada para santrinya.
Segala upaya dilaksanakan, dengan mujahadah lahir-batin dan hasilnya alhamdulillah, Allah SWT. Berkenan menberikan inayahnya, suatu keistimewaan telah terjadi dalam sejarah penulisan Qiro’aty ini.

Pada suatu malam (tidak dalam tidur) beliau mendapatkan  Ilham, melihat tuntunan mengajar Al Qur’an yang langsung tartil, isinya bisa dilihat pada jilid 4,5,6 (TK). Itulah sebabnya beliau sering berkata : “hebatnya Qiro’aty adalah bukan hasil karangan manusia tetapi hidayah langsung dari Allah”. Saya tidak ikut mengarangnya, jadi tidak bisa menjawab jika ditanya tentang susunan didalamnya, mengapa terkesan tidak lazim. Namun nyatanya dengan buku Qiro’aty ini :
-        Anak-anak merasa mudah belajar Al Qur’an.
-        Bisa membaca Al Qur’an dengan tartil walau belum diajar ilmu tajwid.
-        Guru dan Santri nampak bersemangat.
-        TK. Al Qur’an cepat tersebar kemana-mana dalam tempo amat singkat.
-        Buku-buku yang jiplak Qiro’aty pun merasakan yang sama meski tak sempurna.


D.      Kapan Qiraati Mulai Menyebar?
(TASHIH ULAMA’)
Akhirnya para ulama’ Al Qur’an di Jawa Tengah banyak yang memberikan restu atas buku Qiro’aty ini, antara lain KH. ARWANI Kudus (ualam’ Al Qur’an pulau Jawa saat itu) beliau setela mestashih lalu menganjurkan untuk diajarkan disetiap pengajian Al Qur’an, maka atas restu tersebut buku Qiro’aty lalu disebarkan.

Pada tahap awalnya Qiro’aty dicetak dalam 10 jilid, selanjutnya demi kebutuhan maka sekarang tersedia dalam beberapa paket antara lain :
1.       Paket PRA TK                : 1 jilid dan mainan huruf         (usia 3 s/d 4 th)
2.       Paket TKQ                       : 6 jilid, buku Ghorib dan Tajwid   (4 s/d   6 th)
3.       Paket TPQ                        : 6 jilid, buku Ghorib dan Tajwid   (5 s/d 12 th)
4.       Paket SD                         : 4 jilid, buku Ghorib dan Tajwid  (7 s/d 12 th)
5.       Paket SMP/A                      : 3 jilid, buku Ghorib dan Tajwid   (  Remaja
 6.    Mahasiswa                        : 2 jilid, buku Ghorib dan Tajwid     (  Remaja  )



RESUME
“SISTEM PEMBELAJARAN AL-QURAN”

DISUSUN OLEH :
1.FATKUR ROHMAN    (0919250007)



PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2012